Thursday, April 23, 2009

TIPS BELAJAR

Sebagai orang tua, adalah sebuah kebanggaan tersendiri yang tak akan hilang
bila berhasil membimbing anak dalam studi dan menjadikannya sukses. Bahkan
orang tua, akan rela berusaha semaksimal mungkin dan melakukan apa saja demi
membantu anak sukses dalam studinya. Tapi bagaimana caranya yang paling tepat ?
Inilah yang sering menjadi masalah...

Membantu anak dalam studi, bukanlah hal yang sederhana, bahkan bisa menjadi
suatu tantangan tersendiri baik secara intelektual maupun emosional.
Sebaliknya, jika kita berpendapat bahwa belajar dan membuat pekerjaan rumah
adalah tanggung jawab anak dan gurunya semata, dan orang tua tidak perlu campur
tangan adalah sangat tidak tepat. Belajar dan membuat pekerjaan rumah memang
merupakan bagian dari proses perkembangan diri anak, di mana anak berusaha
untuk meluaskan dunianya. Justru di sinilah orang tua harus berperan agar anak
dapat berkembang dengan baik, dan terarah pada arah yang postif.


Pendapat bahwa keberhasilan seseorang dalam studi ditentukan sejak ia masih di
sekolah dasar adalah benar. Pola belajar seseorang memang dibentuk saat ia
masih duduk di tingkat sekolah dasar, sesuai dengan masanya ia mengalami
perkembangan mental dan pembentukan karakternya. Di masa ini anak tidak hanya
belajar tentang berhitung, membaca, atau menghafal pengetahuan umum saja,
melainkan juga belajar tentang tanggung jawab, skala nilai moral, skala nilai
prioritas dalam kegiatannya, dan juga soal kedisiplinan. Hal ini yang sering
kita lupakan, di mana kadang kala kita sebagai orang tua "terlalu ikut campur"
dalam mengerjakan pekerjaan rumah anak kita. Malah sudah menjadi rahasia umum
bahwa tidak sedikit tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan guru kepada anak,
malah dikerjakan oleh orang tuanya. Kita harus ingat bahwa mengerjakan
pekerjaan rumah bagi seorang anak, bukanlah sekedar menyalin atau memindahkan
catatan ke buku pekerjaan rumah demi sebuah nilai yang bagus di buku. Apa yang
hendak dicapai dengan memberikan pekerjaan rumah selain agar ia mengulang bahan
pelajaran, adalah juga untuk mendidik anak agar ia bertanggung jawab terhadap
suatu tugas, untuk melatih ia mengatur jadwal, dan melatih ia mengerjakan
sesuatu sendiri.
Jadi kita sebagai orang tua tidak boleh membantu ia mengerjakan pekerjaan
rumahnya ? Bukan begitu, ... permasalahannya adalah bagaimana caranya yang
paling tepat. Kita tetap harus membantu anak kita dalam belajar dan mengerjakan
pekerjaan rumahnya, namun dengan cara yang tepat.

Berikut ini beberapa cara yang tepat dalam membantu anak belajar dan membuat
pekerjaan rumahnya :


§ Mulailah dengan mengajarinya untuk belajar dan membuat PR secara teratur, dan
rutin. Sebisa mungkin dijadwalkan jam berapa ia harus belajar. Dengan demikian
lama-kelamaan ia akan merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang memang
seharusnya ia lakukan setiap hari, dan menjadi sebuah kebiasaan. Ini juga akan
membantunya saat ulangan atau ujian, di mana ia tidak belajar terlalu berat
lagi menjelang hari ujian, karena bahannya sudah ia cicil sebelumnya.


§ Tanamkanlah dalam diri anak bahwa kegiatan belajar adalah sesuatu yang perlu
diprioritaskan dalam kegiatan sehari-hari. Jangan kacaukan jam belajar anak
dengan acara-acara seperti berbelanja ke mall, atau malah mengajaknya bermain
pada saat seharusnya ia belajar. Bila anak sejak kecil merasa bahwa acara
belajarnya adalah suatu acara yang dianggap penting oleh orang tuanya, ia pun
akan beranggapan bahwa belajar itu memang penting.


§ Perhatikanlah bagaimana si kecil belajar. Apakah ia belajar dengan senang
hati ? Atau dengan ekspresi kesal dan frustrasi ? Sebagai orang tua kita harus
tanggap, apa kira-kira yang si kecil rasakan saat ia belajar. Jika ia belajar
dalam suasana hati yang senang, apa yang ia pelajari akan lebih melekat dalam
dirinya dan ia juga tidak merasakan berbeban untuk belajar. Bila ia tampak
kesal atau tidak senang saat ia belajar, cobalah cari apa penyebabnya. Apakah
ia mengalami kesulitan berkonsentrasi ? Atau ia terganggu oleh sesuatu ? Di
sini orang tua harus pandai-pandai membuat suasana hati si kecil gembira saat
ia belajar.


§ Jika kita melihat anak kesulitan dalam mengerjakan PR-nya, jangan ragu untuk
membantunya. Bantu dia, tetapi tetaplah ingat untuk tidak mengambil alih tugas
itu dari anak kita. Carilah tahu apa yang menyebabkan ia kesulitan. Apakah
pertanyaannya ia tidak pahami ? ataukah karena ia tak tahu harus mencari di
mana jawaban pertanyaannya ? ataukah karena sebab - sebab lain ? Dari situ kita
bisa menuntun anak untuk perlahan-lahan menyelesaikan tugasnya. Sekali lagi,
biarkan ia yang mengerjakannya dengan bantuan orang tua, jangan malah orang
tuanya atau kakaknya yang menyelesaikan tugasnya.


§ Pujilah usahanya dalam belajar dan membuat perkerjaan rumah, bukan cuma hasil
akhirnya saja. Kadang kala anak sudah berusaha susah payah mengerjakan
tugasnya, tetapi hasilnya tidak sempurna. Hal ini wajar. Sangat wajar sekali,
sebab justru memang itulah tujuan tugas itu diberikan, yaitu untuk mengasah
ketrampilan anak. Kita pun tidak pernah mengasah pisau yang sudah tajam bukan ?


§ Berilah pujian atau penghargaan pada anak atas usaha dan susah payahnya. Jika
ia merasa bahwa usaha kerasnya itu dihargai, ia akan berusaha lebih baik lagi
lain kali, dan ia juga tidak akan merasa bahwa usahanya itu sia-sia belaka.


§ Aturlah agar si kecil mempunyai tempat belajar yang cukup dan nyaman. Bila ia
belum punya meja sendiri, ia dapat mengerjakannya di meja makan, sambil
ditemani orang tuanya. Biasanya anak yang masih kecil dan masih lekat dengan
ibunya, akan merasa senang bila saat ia belajar atau mengerjakan PR nya, berada
tidak jauh dari ibunya. Ia akan merasa aman dan mudah jika perlu suatu bantuan
dari ibunya sewaktu-waktu.


§ Sediakanlah alat tulis menulis yang ia perlukan. Sediakan pula buku-buku yang
ia butuhkan. Jika anda tidak tahu apa saja yang ia perlukan, tanyakanlah
padanya atau gurunya. Tanpa tersedianya alat tulis, kertas, dan buku-buku, anak
akan kesusahan saat hendak mengerjakan pekerjaan rumahnya.


§ Ajarilah anak untuk membuat jadwal kegiatannya sehari-hari. Jadwal bisa
berupa kolom-kolom kalender yang ditandai kapan ada ulangan atau ujian, kapan
tugas harus dikumpulkan, dan lain sebagainya. Dengan adanya kalender kegiatan
ini, baik anak maupun orang tua akan dapat melihat jadwal kegiatan dengan mudah
dan cepat. Bila perlu sediakan pula papan tulis kecil atau white board untuk
menulis pesan atau catatan kecil.


§ Biasakan pula anak untuk memiliki agenda sekolah. Banyak sekolah dasar memang
sudah mewajibkan muridnya untuk memiliki agenda sekolah. Dengan membiasakan
anak menulis agenda, secara tidak langsung membiasakan anak membuat perencanaan
untuk kegiatan esok harinya, atau beberapa hari kemudian. Bagi anak yang masih
di SD, ada baiknya bila orang tua memeriksa agenda sekolahnya, untuk mengikuti
dan memantau kegiatan belajar anak.


§ Ajak anak untuk menceritakan hari-harinya di sekolah. Biasakan anak sejak
kecil untuk berbicara secara terbuka mengenai kegiatan sekolah kepada orang
tua. Dengan menanyakan kegiatan di sekolahnya, anak akan merasa lebih
diperhatikan, dan orang tua juga dapat memantau apa yang dialami si anak. Untuk
mengajaknya bercerita, orang tua juga harus melihat situasi dan kondisi anak.
Jangan ajak bicara soal ini saat anak sedang menonton acara TV kesayangannya,
atau anak sedang hendak bermain dengan temannya. Anak akan malah merasa
terganggu, dan kesal, dan anak akan menjawab sekenanya saja, agar cepat
selesai. Gunakanlah saat - saat di mana anak juga dalam keadaan rileks,
misalnya saat makan malam bersama.


§ Bila anak sedang belajar, usahakan agar tidak mengganggunya dengan cara tidak
menghidupkan TV. Berikanlah suasana yang tenang bagi anak, sehingga
perhatiannya tidak terganggu oleh siaran TV. Jika memang tetap hendak
menyaksikan TV atau menonton video, usahakan agar suaranya tidak membuat anak
terganggu atau teralih perhatiannya.


§ Ajari anak tentang cara belajar yang baik. Ajarilah ia cara membuat catatan
yang rapi, dan bersih. Ajari ia cara membuat rangkuman dan catatan kecil bila
ia mempelajari suatu buku, dan lain sebagainya. Bila anak diajar untuk memiliki
pola belajar dengan cara yang baik dan efektif, kelak ia akan lebih mudah untuk
belajar sendiri.


§ Hal yang sangat penting adalah komunikasi dengan anak. Jadikanlah diri kita
sebagai orang tua dan pendengar bagi anak. Dengarkanlah dahulu apa yang
dirasakan dan hendak dikatakan oleh anak. Jangan malah anak belum-belum sudah
diberi nasehat bertubi-tubi tanpa memberinya kesempatan mengemukakan
pikirannya. Jika ia mengutarakan sesuatu yang kurang sesuai dengan kemauan
orang tua, jangan langsung dimarahi atau dicela. Ajaklah bicara baik-baik dan
buat ia mengerti. Hal ini penting karena akan mengkondisikan anak untuk
biasabicara terbuka dan tidak berbohong pada orang tua. Ia akan merasakan bahwa
ia bisa bicara apa saja dengan orang tuanya. Selain itu penting juga untuk
menunjukkan pada anak bahwa orang tuanya peduli padanya dan selalu bersedia
membantu bila diperlukan.


§ Jika anak hendak belajar bersama temannya, dukunglah ia. Belajar bersama
memang dapat membantu anak, baik dalam pelajarannya sendiri,maupun dalam
perkembangan bersosialisasinya. Peran orang tua di sini adalah mengontrol
apakah anak memang belajar bersama atau sekedar alasan saja untuk keluar rumah
dan bermain dengan temannya. Langkah yang paling mudah untuk mengontrol anak
tanpa membuatnya merasa dicurigai, adalah dengan menyediakan rumah kita sendiri
sebagai tempat mereka belajar bersama. Dengan begitu, selain membuat kita bisa
mengawasi apakah mereka memang belajar, juga sekaligus membuat kita bisa
mengenal teman-teman si anak.


§ Kebanyakan sekolah, secara rutin mengadakan acara pertemuan antara orang tua
murid dengan guru. Usahkanlah agar hadir, karena inilah kesempatan terbaik
untuk bertemu guru anak kita. Kita dapat mendengar langsung dari pihak guru,
bagaimana polah si anak di sekolah. Kita dapat mendiskusikan apa ada kesulitan
belajar atau masalah yang di alami anak. Demikian juga saat pengambilan rapor.
Kebanyakan SD dan SMP mewajibkan rapor diambil oleh orang tuanya . Ini juga
merupakan kesempatan baik untuk bertemu dan berdiskusi dengan guru anak kita.
Jadi.. Manfaatkanlah kesempatan ini sebaik-baiknya.


§ Sebaliknya, dengarkan juga komentar anak tentang gurunya. Tidak jarang anak
mengeluh tentang gurunya. Kadang anak mengeluh guru mengajar terlalu cepat,
tidak jelas, terlalu galak, dan lain sebagainya. Jangan anggap sepele
komentar-komentar itu. Carilah tahu apa yang dialami sebenarnya oleh anak,
karena tidak jarang komentar itu muncul sebagai awal dari masalah belajar anak.
Jika ternyata memang ada masalah,pertimbangkanlah untuk bertemu dengan guru
anak kita, dan diskusikan dengannya. Akan tetapi harus diingat bahwa sebelum
bertemu dengan guru si anak, tanyakan dahulu pada anak, bagaimana menurutnya.
Hal ini penting, terutama pada usia anak yang sudah agak besar, kebanyakan
mereka merasa malu dan terlalu dicampuri urusannya oleh orang tua, bila orang
tua tiba-tiba menemui gurunya di sekolah.


§ Akhirnya, hal yang tak kalah penting yang harus diingat adalah bahwa setelah
anak seharian berhadapan dengan gurunya di sekolah,jangan lagi kita yang
seharusnya menjadi orang tuanya malah memposisikan diri sebagai guru lagi.
Jadilah "orang tua" bagi anak kita, .. Yang merupakan tidak sekedar guru,
melainkan juga pendidik, pengasuh, pelindung, penolong, sekaligus sahabat yang
paling memahami sang anak.. Sebuah kedudukan yang lebih tinggi dan mulia ...

No comments: